Kegiatan yang berlangsung lebih setahun lalu itu ternyata meninggalkan kesan yang begitu mendalam di benak warga. Aksi yang bertajuk pengobatan gratis oleh satu organisasi sosial itu, ternyata hanya menggratiskan pemeriksaan dan konsultasi. Untuk obat yang dibagikan, warga harus membayar sejumlah uang tertentu.
Warga merasa itu tidak fair. Dalam pikiran mereka, kalau gratis, ya harus seluruhnya. Termasuk obat. Apalagi mereka adalah golongan fakir miskin yang memerlukan bantuan.
Kejadian itu membuat warga Desa Payamabar Bantenan, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, menjadi lebih sensitif, termasuk ketika mendengar informasi Klinik Sahabat Ulil Albab bekerjasama dengan kepala lingkungan setempat akan melaksanakan even Sahabat Mobile Clinic (SMC).
Kegiatan SMC sendiri adalah layanan pengobatan dan konsultasi gratis yang diberikan Ulil Albab bagi warga fakir miskin di pelosok atau wilayah pinggiran. Semuanya gratis, termasuk obat yang diberikan!
Sekitar jam 10 pagi, Minggu, 18 Oktober 2015, tim medis mulai membuka layanan. Warga masih sedikit yang mendaftar dan berobat. Tidak lebih dari 20 orang yang hadir. Padahal panitia lokal telah berulang kali mengumumkan melalui pengeras suara mushalla.
Trauma lama masih membayangi. Banyak yang menunggu. Bisik-bisik diantara warga guna saling mencari tahu, benarkah SMC menggratiskan seluruh layanannya?
Akhirnya, setelah mendapatkan kepastian bahwa kegiatan ini benar-benar gratis, perlahan tapi pasti warga yang memang memerlukan untuk berobat datang berduyun. Tim medis menjadi kewalahan. Beberapa relawan lain, termasuk dari Sahabat Da’wah Ulil Albab, terpaksa dilibatkan agar antrian pasien tetap berlangsung tertib.
Kebanyakan dari mereka yang berobat adalah pria dan wanita yang berumur diatas 40-an tahunan. Anak-anak juga banyak. Dan kasus penyakit yang banyak didapati adalah hipertensi, dyspepsia, chepalgia dan dermatitis/alergi.
Banyak pasien yang tidak memiliki ilmu atau pengetahuan cukup tentang penjagaan kesehatan sehingga tidak menyadari kebiasaan hidup dan konsumsi sehari-hari akan berpengaruh buruk bagi kesehatan mereka.
“Saya biasa makan tempe sama tahu,” ujar Nek Mukinem (80 tahun). Ketika diingatkan dokter Aris, anggota tim medis, agar ia mengurangi konsumsi makanan berminyak, nenek pengidap hipertensi itu ringan menjawab, “enak sih” … lho !
Kegiatan SMC kali ini dilaksanakan di Mushalla Al-Ikhwan, Payamabar Bantenan. Tampak, mushalla ini bersih dan terawat. Sayangnya, menurut penuturan jamaah, kehadiran anak muda sangat kurang. Kebanyakan hanya kalangan tua saja yang rutin memakmurkan ibadah dan kegiatan lain.
Bahkan seperti dituturkan Basir, warga setempat, di mushalla itu tidak pernah ada pengajian. Desa yang mata pencaharian mayoritas warganya bertani dan beternak itu, seperti kehilangan gairah. Semangat beragama disini terasa datar saja.
Untuk itu, melalui Ustadz Sentosa, Manager Da’wah, Ulil Albab merencanakan akan melaksanakan pengajian rutin bulanan. Rencana itu disambut antusias warga. Disamping itu, juga akan rutin didatangkan seorang guru baca Quran yang akan mengajari, khususnya anak-anak muslim sekitar.
Demikianlah kolaborasi kerja tim kesehatan dan da’wah yang menghadirkan banyak manfaat bagi warga yang memang memerlukan banyak dukungan mengingat kondisi mereka yang kekurangan. Hingga ditutup, kegiatan pengobatan gratis ini berhasil melayani 94 orang pasien
0 Comments