Ummi May (50), begitu ia biasa dipanggil oleh warga sekitar. Kekurangan fisik, tidak menjadikannya kehilangan semangat berbuat untuk Islam. Dengan kondisi tidak dapat melihat, Allah ilhamkan padanya untuk dapat mengajarkan ayat-ayat qur’an kepada banyak orang.
Sejak menginjak bangku sekolah menengah pertama (SMP), ia telah ikut menemani ayahanda dalam mengajar Qur’an. Sejak itu, perlahan ia mulai belajar dan menguasai hukum serta ilmu tajwid dengan baik.
Kelak, kemampuan itulah yang menjadi salah satu keunggulannya dalam mengajar. Walaupun mata tak lagi dapat melihat, namun dengan izin Allah, Ummi dapat menjelaskan ilmu Al-Qur’an kepada anak-anak.
Biasanya, kegiatan mengajar dimulai sesaat setelah anak-anak pulang sekolah. Berakhir pukul 10 malam. Bersama sang kakak, ia berjalan kaki ke rumah murid-muridnya, yang tinggal di sekitar rumahnya, di Jl. Titi Papan, Medan Petisah. Tidak ada kendaraan yang menemani perjalanan. Keterbatasan ekonomi jadi sebab.
Wanita yang luar biasa ini, merupakan lulusan Institut Agama Islam Negeri Medan (UIN Medan). Setelah menyelesaikan kuliahnya, ia sempat mengajar di Madrasah Taqarrub di Jl. Darussalam Medan.
Sesudah itu, ia sempat membuka madrasah dirumahnya. Tidak lama kemudian ia menikah. Sayang, dalam waktu 1 tahun, mahligai rumah tangganya runtuh. Penyebabnya, tanpa ada sakit, Ummi tiba-tiba mengalami kelumpuhan. Sang suami memilih meninggalkannya.
Tidak ingin menyerah, wanita bersemangat ini, rutin ikut terapi untuk menyembuhkan kelumpuhannya. Alhamdulillah akhirnya ia dapat kembali beraktifitas normal.
Qadarullah, sekitar 8 tahun lalu, tiba-tiba penglihatannya terganggu. Ia tidak dapat meilhat apapun. Dunia gelap. Bersyukur ia tidak berputus asa. Berbagai jenis pengobatan ia jalani. Melalui perantaraan seorang lelaki, yang kelak menjadi suaminya, matanya tersembuhkan. Ia dapat kembali melihat.
Sesaat berselang, sang pria menikahinya. Setelah 3 tahun menjalani, biduk rumah tangganya kembali kandas. Tidak lama sesudah itu, matanya kembali total tidak berfungsi. Hingga sekarang.
Kini, ia tinggal dirumah peninggalan kedua orangtua. Bersama kakaknya, anak ke dua dari dua bersaudara itu, menempati rumah sederhana tanpa isi perabotan rumah yang layak.
Walaupun hidup kekurangan, Ummi berprinsip bahwa setiap anak muslim harus bisa mengaji dengan baik dan benar. Untuk itu, ia tidak memperdulikan besaran honor. Ia rela dibayar seikhlasnya. “Ada yang bayar 20 ribu sebulan, gapapa yang penting mereka mau ngaji,” ujarnya ringan. Baginya, melihat anak-anak dapat melafalkan huruf-huruf Al-Qur’an dengan benar, merupakan kesenangan yang luar biasa.
“Apa yang saya lakukan saat ini (insya Allah) sebagai bekal jawaban saya di akhirat ketika kelak Allah bertanya apa yang telah saya perbuat untuk agama ini,” tandasnya menutup pembicaraan dengan UA ■
0 Comments