Banyak da’i di pelosok yang bertahun berda’wah tanpa pamrih. Ikhtiar menghidupkan da’wah, mengajar ilmu ke-Islaman bagi kaum muslimin di pedalaman menjadi pilihan hidup mereka dalam memberikan sumbangsih demi tegak dan jayanya Islam.
Sedihnya, jangankan menerima honor yang layak, dilirik pun mereka tidak. Perjuangan mereka jarang dihargai dengan semestinya. Padahal, pegiat-pegiat da’wah itu juga butuh mencukupi berbagai keperluan diri dan keluarganya.
Umi Firdaus adalah salah satunya. Wanita bernama lengkap Nur Endah Nurbayati itu, memiliki jadwal rutin berkeliling mengajarkan Al Qur’an khususnya bagi ibu-ibu di sekitaran Kota Sidikalang Kabupaten Dairi.
Dulunya, aktifitas itu dijalankan oleh sang suami tercinta. Wanita berdarah Sunda ini hanya menemani sambil menyerap ilmu yang diajarkan suaminya. Lama kelamaan pengetahuannya bertambah walaupun belum terbersit di pikirannya untuk ikut mengajar.
Honor dari mengajar tidak mencukupi untuk menghidupi keluarga. Namun keluarga tangguh ini tidak cengeng. Mereka sangat yakin Allah tidak tidak pernah tidur. Tugas mereka hanya menjalankan perintah berkontribusi dalam da’wah Islam.
Takdir berkata lain. Suami tercinta meninggal dunia setelah didahului sakit sekian lama. Sesaat dunia seakan gelap. Bersama suami saja ekonomi keluarganya jauh dari kata cukup. Konon lagi ia harus berjuang sendirian membesarkan 3 anaknya. Terbayang jalan terjal yang harus dijalani.
Setelah sekian lama merenung, Umi bertekad segera bangkit. Ia tidak ingin larut dalam kesedihan. Apalagi ia mendapat masukan, semua tempat pengajian yang dirintis suaminya telah vakum. Tidak ada yang mampu dan bersedia menangani.
Umi Firdaus membuat keputusan besar. Guru ngaji menjadi pilihan jalan perjuangan. Episode baru kehidupan dijalani wanita pejuang ini dengan niat dan tekad yang bulat ingin membantu sebanyak-banyaknya ummat Islam dari ketidakmampuan membaca Al Qur’an.
Karena tidak memiliki kendaraan, sering wanita paruh baya ini harus berjalan kaki beberapa kilometer untuk menyambangi para murid di pelosok.
Merasakan sekujur badan basah kehujanan, panas terik matahari, dan kemalaman tiba di rumah, menjadi bumbu yang tidak pernah melemahkan apalagi meruntuhkan tekadnya menyumbangkan karya untuk Islam.
Saat ini Umi Firdaus adalah salah satu guru yang mendapatkan bantuan operasional da’wah bulanan dari Ulil Albab melalui program Korps Da’i Pelosok. Sebuah program yang didedikasikan untuk membantu dana operasional para da’i dan guru-guru di pelosok sehingga dapat mengurangi beban yang harus mereka tanggung.
Ada juga belasan da’i dan guru di lokasi lain di Karo, Dairi, dan Langkat, yang telah tergabung dalam Korps Da’i Pelosok Ulil Albab.
Semoga semakin banyak kita yang tergerak untuk mendukung da’wah di pelosok sekaligus membantu para pejuang yang telah mendedikasikan hidupnya menyebarkan da’wah Islam
0 Comments