“Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah (keturunan) dari sebagian yang lain”. QS 3 : 195.
Secara sistem, Islam sangat lengkap ketika berbicara tentang wanita. Apakah itu dalam posisi atau kedudukannya sebagai ibu, istri, saudara perempuan, dan anak, Islam telah menempatkan mereka dalam posisi yang sangat terhormat. Hak-hak mereka terjaga dan terperinci lengkap.
Sungguh keliru ketika banyak pihak menuding Islam mengabaikan dan menindas wanita. Bisa dipastikan tudingan itu datang dari para pembenci Islam atau kalangan yang menutup mata bahwa justru hanya Islam lah yang dengan sangat jelas melindungi, membela, dan menghormati kemuliaan wanita.
Ironisnya, saat ini semakin banyak saja wanita Islam yang secara sadar ataupun tidak, rela mencampakkan kemuliaan dirinya. Landasan pemahaman agama yang lemah, lingkungan bergaul yang tidak tepat, salah memilih idola, adalah diantara beberapa faktor yang melatarbelakangi dekadensi akhlak yang terjadi di seluruh ruang kehidupan.
Akibatnya? Wanita berpakaian tidak senonoh jadi pemandangan biasa, pergaulan bebas atau free sex mewabah, wanita menuntut cerai semakin umum terjadi, sikap hormat pada orangtua terkikis, dan sebagainya. Secara umum situasinya sudah semakin membahayakan.
Jelas, pengaruh paham materialisme menjadi salah satu faktor utamanya. Penghambaan terhadap segala yang bersifat materi dan fisik menjadikan akhirat tidak lagi menjadi pertimbangan utama dalam bertindak. Kekayaan, kecantikan, dan ketenaran, menjadi target yang diburu serta harus terwujud.
Padahal, profil wanita baik-baik dan shalihah begitu banyak dikisahkan dalam sejarah Islam. Banyak diantara mereka yang kehidupannya dapat dijadikan tauladan. Pribadi dan kehidupan mereka menjadi jaminan kualitas ideal. Bahkan beberapa namanya diabadikan Allah. Mereka telah menjadi wanita langit yang dipastikan posisinya di surga.
Dari Ibnu Abbas ra, Rasullullah bersabda: “Para wanita penghuni surga setelah Maryam (binti Imran) adalah Fatimah binti Muhammad, Siti Khadijah binti Khuwailid, dan Siti Asiah istri Fir’aun” (H.R Ahmad).
Sebenarnya apa kelebihan mereka sehingga layak dijadikan contoh? Yang utama adalah tentang aqidah atau tauhid yang tidak tergoyahkan oleh seberat apapun cobaan sekalipun nyawa taruhannya. Lainnya, ibadah yang tidak kenal lelah. Dan tentunya akhlak yang terbingkai keluhuran.
So .. apakah wanita yang hidup di zaman ini masih mungkin mengikuti jejak para wanita langit itu? Allah dan Rasulullah tidak pernah membatasi pencapaian amal ibadah setiap orang. Kesungguhan berbenah dan “berlari mengejar ridhaNya” insya Allah menjadi nilai tambah. Ada yang mau? Wallaahu ‘alam.
0 Comments