Sambil menunggu kedatangan warga untuk berobat dan konsultasi kesehatan, tim Klinik Sahabat Ulil Albab menyempatkan berbenah serta menata lokasi kegiatan yang berfungsi sebagai TK sekaligus madrasah bagi anak-anak warga Nelayan Indah, Belawan, Medan Belawan.
Kesibukan tim ditemani cuaca panas dan angin laut yang bertiup semilir. Khas suasana daerah nelayan. Apalagi ditambah pemandangan sekeliling dengan sampah yang berserak dimana-mana. Tidak ada yang peduli. Tidak ada yang risih. Semua sudah jadi rutinitas dan hal biasa bagi warga.
Kondisi tersebut menjadi tantangan sendiri dalam membangun kesadaran tentang pemeliharaan kebersihan lingkungan. Karena tanpa disadari, pembiaran yang terjadi lambat laun muaranya akan berdampak pada penurunan level kualitas kesehatan serta kehidupan warga.
Klinik Sahabat Ulil Albab, dalam berbagai kegiatannya senantiasa menyisipkan pesan-pesan promosi kesehatan. Jadi bukan hanya perobatan atau curatif, tapi juga aksi preventif dan promotif menjadi satu kesatuan dalam setiap layanan kesehatan yang dijalankan.
Pada kegiatan yang berlangsung Kamis, 20 Agustus 2015 itu, warga berbondong-bondong datang memanfaatkan kegiatan Sahabat Mobile Cilinic (SMC) yang menjadi kegiatan rutin bulanan dengan lokasi berpindah-pindah di sekitar wilayah nelayan Belawan.
Ketika dibuka pendaftaran pasien oleh relawan mitra lokal, satu persatu warga datang mendaftar. Diantara mereka tampak seorang nenek yang datang dengan langkah pelan dan nafas terengah. “Semi” begitu ia menyebut namanya di meja panitia.
Sebenarnya Nek Semi bukan pendaftar urutan pertama, namun karena usia, ditambah lagi ekspresi wajahnya yang seolah menahan rasa sakit maka tim medis Ulil Albab mempersilahkannya untuk berkonsultasi serta berobat terlebih dulu.
Sambil menangis dan bersusah payah, kepada dr. Reza, ia menjelaskan sakit di dada yang rutin menghampiri, sekalipun hanya sedikit beraktifitas. Sesak nafas itu sudah lama dideritanya.
Keterbatasan dana jadi alasannya untuk tidak rutin berobat. Karena itu setiap mendengar ada kegiatan perobatan gratis, Nek Semi akan berusaha mendatangi. Setidaknya untuk mendapatkan obat yang dapat membantunya dalam beberapa waktu.
Dari 60-an pasien yang ditangani, ada juga pasien lain, seorang ibu berusia sekitar 45 tahun yang datang dengan (maaf) wajah yang tidak simetris, serta mulut sebelah kanan terlihat turun (merot). Si ibu dan warga sekitar yang mengenalnya percaya bahwa ia “ditampar makhluk gaib”.
Saat diperiksa tekanan darah, angkanya cukup tinggi. Dalam tinjauan medis didiagnosa sebagai Hipertensi Kritis. “Saya lupa dokter, sudah bertahun- tahun saya gak pernah cek tensi,” jawabnya, ketika ditanya kapan terakhir periksa tekanan darah.
Ironisnya, dalam kondisi seperti itupun, si ibu tidak juga berkunjung ke pelayanan kesehatan terdekat untuk memeriksakan kesehatannya. Alasannya, bisa rutin makan saja pun sudah bersyukur. Masya Allah.
Dalam kasus seperti di atas, pendidikan kesehatan begitu penting disampaikan kepada para pasien. Mereka perlu diingatkan tentang pentingnya memeriksakan kesehatan secara berkala.
Ternyata, ketika menjumpai pasien seperti ibu di atas serta Nek Semi, barulah disadari bahwa kegiatan “kecil” SMC begitu berharga bagi fakir miskin. Nek Semi adalah bukti nyata agar kita senantiasa semangat dalam menebar manfaat, karena tanpa disadari ada banyak “Nek Semi” lain yang mungkin menanti kebaikan kita walau hanya sekedar berobat gratis
0 Comments