Masih banyak masjid di pelosok atau pedalaman Sumut yang terpaksa tidak menyelenggarakan ibadah jumat, dikarenakan ketiadaan sosok khatib yang bersedia tampil ke atas mimbar atau podium.

Bahkan, berdasarkan survey singkat yang dilakukan relawan mahasiswa peserta beasiswa Incare UA-YBM PLN UIKSBU, masih ditemukan masjid di pinggiran Kota Medan, berjarak 45 menit hingga 1 jam, kesulitan tenaga khatib. Sering Jumat tidak berlangsung, karena tidak ada yang bersedia tampil ke mimbar.

“Iya, beberapa lokasi yang kami datangi berdasarkan info mitra di daerah, kami jumpai tidak melaksanakan jumatan karena tidak ada khatib,” ungkap Anas , mahasiswa semester 5 UIN SU.

Pertengahan November kemarin, peserta beasiswa Incare UA-YBM PLN UIKSBU, yang bernama lengkap Nasruddin itu pun turun ke lokasi. Ia berangkat bersama sesama penerima beasiswa, Muhammad Bukhari.

Anas sebagai manajer program relawan khatib pelosok, harus turun guna mengetahui dan merasakan langsung kondisi yang dihadapi kaum muslimin di pelosok. Untuk tugas awal ini, Bukhari peserta beasiswa yang baru bergabung di tahun pertama, bertindak sebagai khatib.

Kedua relawan itu, tiba di Masjid Al Muttaqin Dusun II Namo Pinang, Desa Namo Tualang, Kec. Sibiru-biru, Deli Serdang, sekira 30 menit sebelum azan dzuhur berkumandang. Anas segera berkoordinasi dengan pengurus masjid. Sedangkan Bukhari, mahasiswa Ma’had Abu Ubaidah Medan, mempersiapkan diri dengan membaca kembali materi yang telah disiapkannya.

“Ini bukan pertama kalinya saya jadi khatib, tapi deg-degannya lebih besar karena harus menyampaikan khutbah di pelosok,” akunya.

Alhamdulillah ibadah Jumat dapat terlaksana. Jamaah yang hadir berjumlah dua puluhan orang. Termasuk anak-anak dan remaja. Dalam khutbahnya Bukhari mengajak jamaah untuk mencintai dan memakmurkan masjid.

“Saya merasa kegiatan ini sangat bermanfaat, tidak hanya bagi masyarakat di pelosok, tapi juga bagi kami peserta beasiswa, karena kegiatan ini bisa menjadi media kami latihan merasakan langsung menjadi seorang khatib,” sambung pria berkulit putih ini.

Usai Jumatan, diadakan ramah tamah dengan pengurus BKM dan beberapa jamaah yang belum pulang. Mereka terlihat antusias dan menanggapi positif kehadiran relawan khatib itu.

Ridwan, pengurus BKM Al Muttaqin, bahkan mengharapkan agar para relawan lebih sering datang. “Kalo bisa, bukan hanya untuk kampung kami saja. Kampung-kampung sebelah pun sering tidak ada khatibnya,” ungkapnya sedih ▪

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *