Al Javan Fauzi Akbar nama lengkapnya. Sejak kecil ia tinggal di Jl. Sultan Serdang Dusun III Gang Saudara Tanjung Morawa. Saat masih kanak-kanak, kedua orangtuanya berpisah.

Selanjutnya, Javan, begitu ia biasa disapa, tinggal bersama dengan neneknya. Ia tidak memiliki saudara kandung, sehingga hanya tinggal berdua dengan sang nenek. Untuk biaya sekolah dan kebutuhan harian, lelaki kelahiran 1994 ini, mendapat kiriman ibunya yang bekerja di negeri jiran, dan sebagian dari ayahnya.

Namun, sejak memasuki SMA, ia tak lagi menerima kiriman dari ibunya, yang telah berhenti bekerja. Kiriman dari ayah pun tak mencukupi, sehingga Javan harus membiayai sendiri kebutuhan hidupnya.

Mulai dari menjadi tukang cuci piring di warung, penjaga toko dan warnet, hingga berjualan donat dan snack di sekolah, ia lakoni demi menyelesaikan bangku SMA. Sang nenek tidak bisa banyak membantu, karena tidak memiliki pekerjaan tetap.

Lulus SMA, keinginan untuk kuliah harus pupus karena ketiadaan biaya. Bekerja menjadi satu-satunya pilihan untuk melanjutkan roda kehidupan. Lelaki berperawakan tinggi ini pun memutuskan untuk bekerja di salah satu pabrik karton di dekat rumah. Meski dengan sistem kerja yang ketat, ia harus bertahan demi memenuhi kebutuhan hidup dirinya bersama sang nenek.

Setelah 5 tahun, dikarenakan kurangnya toleransi waktu shalat, membuatnya memutuskan berhenti bekerja. Selain itu, sering dalam beberapa bulan tidak ada libur, meski hari Ahad atau libur nasional.

Setelah memutuskan berhenti, lelaki yang hobi memasak ini mulai coba membuka usaha sendiri. Dengan sedikit modal tabungan dan info dari internet, sejak akhir 2017, ia mulai membuka usaha kuliner.

Awalnya ia berjualan pisang coklat dan sosis kentang dengan menyewa sebuah kios kecil. Namun karena uang sewa bulanan yang terus naik, ia memutuskan berjualan di rumah saja, berdasarkan orderan. Tidak lama sesudah itu, melalui seorang teman, Javan mengenal IMF (lembaga pembiayaan mikro syariah Ulil Albab), dan mendapat bantuan tambahan dana untuk pembelian freezer.

Agar usahanya terus berjalan, lelaki yang bercita-cita memiliki café sendiri ini, tidak hanya fokus membuat satu jenis makanan. Ia rajin mencari tahu jenis makanan yang sedang booming di masyarakat.

Seperti saat ini, ia beralih membuat brownies lumer aneka toping dan mie goreng dengan level pedas bervariasi. Dengan mengandalkan promosi via medsos, ia dapat memperoleh omset 3-5jt setiap bulannya.

Pelanggannya kebanyakan remaja atau anak sekolah di sekitaran Tanjung Morawa. Sesekali ia juga mendapat pesanan dari kenalan di Yogyakarta, Jakarta, bahkan Malaysia. Alhamdulillah, saat ini, untuk penjualan brownies saja ia sudah memiliki 4 orang reseller.

“Tak mudah memang untuk menjadi seorang wirausaha sukses, diperlukan kesabaran ekstra dan juga kemampuan untuk terus berinovasi agar tak berhenti di tengah jalan,” paparnya.

Meski penghasilan seringkali tak menentu, Javan mengaku lebih tenang dengan usaha sendiri, karena waktu ibadah tak lagi terganggu. Bahkan, kini ia punya waktu luang untuk ikut kajian rutin setiap pekan •

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *