Ayah dari 4 anak ini, kesehariannya masih sering bekerja sebagai buruh harian lepas. Tergantung pengguna jasa tenaganya. Artinya, tidak ada jaminan setiap hari ada yang menggunakan jasanya.
Tidak heran, berbagai pekerjaan pernah dijalani Susanto. Terkadang beliau bekerja sebagai tukang bangunan. Pernah bekerja sebagai penggembala kambing. Pernah juga sebagai buruh upahan di ladang.
Disela kesibukannya mencari nafkah untuk keluarga, guru ngaji kelahiran 1975 ini, tetap menyiapkan waktu untuk mengajar ngaji anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya. Ia biasa mengajar selepas shalat maghrib, di Masjid Al Ikhlas, Desa Mekar Jaya, Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat.
Kegiatan itu sudah ia lakoni selama 12 tahun, dan tanpa mendapatkan honor atau bayaran. Ia berkata, itu dilakukannya karena hatinya merasa terpanggil melihat anak-anak di desa itu, yang sejak dulunya hingga sekarang, tidak memiliki guru mengaji dan yang mengajarkan mereka shalat, serta ibadah lainnya.
Karena tidak dapat mengandalkan biaya keluarga dari jasa kerja lepas, mau tidak mau Susanto harus berpikir mencari tambahan penghasilan. Akhirnya, bersama sang istri, Sureni (31 tahun), mereka mencoba berjualan kecil-kecilan di teras rumahnya. Menu dagangannya, mie sop, gorengan dan aneka minuman.
Usaha itu sudah dijalaninya beberapa tahun belakangan, dan selama itu pula keluarga Susanto cukup terbantu dari hasil jualan warung. Namun, sekitar 5 bulan lalu, keluarga ini diuji dengan musibah kemalingan. Seluruh uang hasil usaha warung yang akan diputar kembali menjadi modal, raib digondol maling. Beberapa barang dan alat jualan juga diangkut maling.
Kejadian tersebut sangat memukul mereka. Bahkan, Susanto terpaksa menutup warungnya. Akhirnya, bersama istrinya, guru ngaji yang tergabung dalam Korps Da’i Pelosok (KDP) Ulil Albab itu, berupaya kesana-kemari untuk mendapatkan bantuan modal, guna membuka kembali warungnya.
Sesekali mereka digoda oleh tawaran rentenir. Syukurnya, itu mereka tolak karena sadar akan menjerat dalam jangka waktu panjang. Namun hati Susanto sering galau, warung itu harus segera dihidupkan karena telah menjadi andalan penopang biaya keluarganya. Sementara modal yang dicari, belum didapat.
Melihat kegigihan Susanto beserta istri untuk kembali menghidupkan warungnya, Ulil Albab melalui lembaga pembiayaan mikro IMF, akhirnya ikut membantu memberi modal.
“Alhamdulillah dengan bantuan dari Ulil Albab ini, insyaAllah warung kami akan bisa segera buka lagi,” tandas Susanto
0 Comments