Kebahagiaan tercipta dari hal sederhana. Hadiah 3 buku tulis sudah cukup membuat Anisa Wulandari bahagia.
Nisa rangking 3 dikelasnya. Tahun lalu saat mau naik kelas 5, gurunya memberi hadiah. Dielus-elus dan dirawatnya buku itu dengan baik. Kalau masih ada buku lain, Nisa enggan memakai buku barunya.
Pelajaran kesukaannya IPA. Ada semangat yang muncul kala Nisa melihat hewan-hewan. Betapa takjubnya Nisa melihat ratu lebah. Seekor tapi punya banyak bawahan. Semua lebah jantan bekerja untuknya. Dipelajarinya dengan betul bagaimana ratu kawin dan bertelur.
Sekalipun menyukai IPA, cita-cita Nisa tetap menjadi guru agama.
* * *
Anisa terlahir sebagai anak petani. Mereka tinggal di Desa Tiga Jumpa, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Ayah ibunya buruh ladang. Bekerja di ladang orang dengan upah 80 ribu per hari. Seminggu bekerja 3 kali.
Di hari lain orangtua Nisa merawat kebun sendiri. Tanahnya disewa. Pertahunnya mencapai 2,5 juta rupiah. Tanamannya terong, sawi pahit dan jagung. Panen 3 bulan sekali. Sekali panen sedikitnya mencapai 150 kg. Harga sayuran terendah 500 rupiah per kilo! Sama persis seperti runtuhnya harga saat musim corona ini.
Kalau lagi apes dan gagal panen, orangtua Nisa terpaksa pinjam duit sama ‘tauke’. Tauke ini pemilik ladang tempat orangtua Nisa bekerja.
Mau gimana lagi. Biaya hidup dan beli pupuk adalah kebutuhan yang tak bisa di-rem. Bayarnya pakai tenaga mereka.
Ibu Fitriya Lubis, emak Nisa, baru melahirkan anak keempat. Untuk sementara tak bisa bekerja. Keuangan keluargapun jadi timpang. Kondisi yang tak bisa dielakkan. Tekadnya, selesai menyapih adik Nisa, Bu Lubis akan bekerja lagi.
Anisa hanya salah satu dari ribuan siswa yang kurang beruntung. Ulil Albab saat ini sedang mencari orangtua asuh untuk mereka. Hanya dengan, 50 ribu 1 bulan, mampu menghantar banyak Nisa-Nisa lainnya yang memerlukan bantuan mereka menggapai mimpinya.
Oleh : Danil Junaidy Daulay
0 Comments