Masih jamak dalam pikiran masyarakat umum, ketika mendengar kata kusta, maka yang terbayang adalah penyakit menular yang dapat menjangkiti siapa saja yang bersentuhan dengan penderitanya. Tidak peduli, yang ditemui penderita yang sedang masa pengobatan ataupun sudah sembuh, semua dianggap sama.
Derita itulah yang bertahun-tahun dialami warga Dusun Hutasaleem, Desa Sintong Marnipi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir. Lokasi ini adalah salah satu lokasi penampungan ex penderita kusta di Sumatera Utara. Rata-rata yang tinggal disini adalah mereka yang terusir atau diasingkan, baik oleh keluarga maupun masyarakat kampung asal mereka.
Dilihat dari dekat, denyut kehidupan disini berjalan sangat lambat. Dusun ini sangat minim perhatian sehingga ketinggalan dalam segala hal. Awal masuk dusun, rumah sakit penampungan penyakit kusta milik HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) serta sebuah gereja besar HKBP, akan menyambut para pendatang.
Tetapi, ada yang menarik sekaligus menggetarkan hati. Ketika beberapa waktu lalu berkunjung kesini, Sahabat Da’wah Ulil Albab menjumpai banyak warga mengenakan gamis, bersorban, serta berjenggot, berlalu-lalang di sekitar desa.
Ternyata, mereka adalah sebagian dari keluarga muslim binaan Ust. Hendri Hasibuan, pendatang yang telah bertahun menetap di Hutasaleem. Tanpa diduga, di daerah minoritas muslim itu, ada sekitar 45 keluarga muslim, yang merupakan ex pasien kusta.
Saat berkeliling, terekam kondisi ekonomi mereka yang serba dalam keterbatasan. Kusta telah menumbuhkan rasa takut dan kurangnya percaya diri. Akibatnya, pergerakan mencari rezeki pun terbatas.
Ust. Hendri Hasibuan yang akrab disapa Abu Dzar, adalah da’i yang tergabung dalam Korps Da’i Pelosok (KDP) Ulil Albab. Bersama sahabatnya Supardi Munthe, mereka menjadi jangkar dalam memperjuangkan da’wah Islam.
Sebenarnya, 2 sahabat itu dulunya sempat lama bergaul dengan dunia hitam. Tetapi semua berubah ketika beberapa pedagang asal Aceh singgah ke Sintong Marnipi untuk berbisnis. Sempat berdialog dengan mereka, Abu Dzar terpengaruh. Tidak lama, bapak dari 6 anak itu memutuskan bertobat.
Melalui upayanya, temannya Supardi Munthe ikut bertobat. Bahkan tidak tanggung-tanggung, tidak lama kemudian, pria yang dipanggil Sekda (sekretaris da’wah) itu, setia ikut membantu Abu Dzar berda’wah di 6 dusun sekitar Sintong Marnipi.
Saat ini, shalat berjamah, pengajian, dan nuansa Islam, perlahan telah tumbuh menjadi kebiasaan keseharian warga. Tinggal bagaimana membangkitkan semangat dan percaya diri mereka.
Kehadiran kaum muslimin dari luar daerah dapat menjadi salah satu penggembira dan penyemangat mereka. “Kedatangan Ulil Albab membuat kaum muslimin disini sangat senang .. ternyata masih ada yang mau bercengkrama dengan mereka,” ungkap Ust. Abu Dzar
0 Comments