Beberapa waktu lalu, Dinas Pendidikan Karo mengeluarkan rilis 240 nama guru yang akan dipromosikan menjadi kepala sekolah. Setelah proses seleksi, tinggal 90 nama yang keluar. Salah satunya Supiatun.
Pengelola Madrasah Nurul Iman yang juga guru guru SD Negeri di Desa Jandi Meriah, Karo ini, cukup senang. Namun, ia berharap, seandainya terpilih ia bertekad tidak akan meninggalkan Jandi Meriah.
Antara dirinya dan murid-murid Nurul Iman sudah sangat menyatu. Dari 156 murid SD Negeri, 102-nya adalah muslim. Rata-rata mereka murid madrasah.
Di kampung yang tepat berada di bawah kaki Gunung Sinabung ini, perlahan tapi pasti syiar Islam makin bergeliat. Beberapa alumni madrasah saat ini tengah melanjutkan pendidikan ke pesantren di luar daerah.
Begitu juga pemahaman dasar anak-anak tentang syariat Islam sudah terbentuk. Termasuk untuk urusan makanan. Murid-muridnya sudah mulai berani memberi pemahaman di keluarganya yang belum muslim, tentang makanan halal. Termasuk cara menyembelih ayam. Juga menyamak peralatan makan dan dapur.
“Tetangga kita masih banyak yang pelihara babi. Terkadang dalam satu keluarga muslim, pemahaman agamanya belum merata. Anaknya sudah faham makan babi haram. Tapi ayah belum,” ungkap Supiatun tentang tantangan dakwah di daerahnya.
Di lain kesempatan, murid-murid yang sudah level Qur’an, memberi masukan. “Sesekali mereka lapor ke saya. Bu, semalam bacaan shalat imam ada yang tidak pas,” katanya perihal sikap kritis muridnya.
Belakangan, diantaranya melalui keberadaan muridnya, Jandi Meriah mulai dikenal sebagai desa yang banyak melahirkan peserta MTQ, baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten.
Alhamdulillah, kecintaan Supiatun terhadap pendidikan agama, menurun juga pada putrinya. Putri sulungnya yang baru berkeluarga dan tinggal di dusun sebelah, kini sudah memilki 18 murid, yang belajar mengaji di rumahnya.
“Harapan saya ke depan, anak saya yang baru buka kelas mengaji juga dapat dukungan dari Ulil Albab. Sama seperti kami berlima di Nurul Iman ini, yang dibantu tiap bulan 500 ribu per orang,” cetus Supiatun.
Selain bantuan bagi guru, Untuk madrasah sendiri, sekitar 2 tahun lalu Ulil Albab telah membantu pembangunan kamar mandi serta tangki air. Sayangnya, sudah beberapa bulan terakhir supplai air macat.
“Toilet sudah terbangun, cantik dan berkeramik, tapi air tidak ada. Karena airnya langsung dari sungai, sampah dan binatang kecil ikut mengalir. Jadinya bikin sumbat selang. Moga ada donatur yang mau bantu masukkan air PAM. Kasihan murid-murid. Kalo buang air terpaksa ke rumah atau sungai,” ungkapnya ■ Danil Junaidy Daulay
0 Comments