Sebagai daerah yang terbilang miskin, terpencil, dan tertinggal, tak membuat warga Dusun Hopong meminggirkan urusan pendidikan sekaligus kemajuan Islam. Justru mereka tetap berusaha untuk menyiapkan pendidikan anak serta menjaga Islam tetap eksis dan berkembang di kampungnya.
Tak heran jika anak-anak di sana, hampir keseluruhannya pernah mengenyam pendidikan madrasah. Mulai dari jenjang Madrasah Ibtidaiyah hingga Aliyah. Prinsip mereka, dalam masa menempuh pendidikan 12 tahun, anak-anak wajib merasakan belajar di sekolah Islam.
“Karena jarak ke sekolah jauh, anak disini tamat SD udah nge-kos. Kalau pulang-balik berat di ongkos. Enggak sanggup kami. Yaudah akhirnya mereka nge-kos aja,” tutur Maas Tambunan, tokoh dakwah Hopong.
Sederhana saja alasan mengapa warga begitu bersemangat menyekolahkan anak mereka di sekolah Islam. Selain untuk menjaga keberlangsungan sekaligus kemajuan Islam di kampung, mereka ingin anak-anak bisa ikut menshalatkan orangtuanya tatkala kematian datang menjemput.
“Kalau bukan anak, siapa lagi yang bisa menyolatkan kami. Kami cuma berharap mereka sekolah agama yang bagus, supaya nanti paham caranya menyolatkan,” lanjut Maas dengan wajah penuh harap.
Selain didorong untuk belajar di sekolah Islam, sebenarnya di Dusun Hopong sendiri ada madrasah. Mulai pukul dua siang hingga lima sore anak-anak belajar Iqra’ dan Al-Qur’an. Tak hanya itu, mereka juga belajar ilmu fiqih, shalat, puasa dan lainnya.
Dewita Siagian selaku pengajar madrasah menuturkan, bahwa ia memang sangat mencintai dunia mengajar. Sudah lebih 10 tahun beliau mengabdikan diri untuk mengajar ngaji.
Sayangnya, bangunan madrasah yang menjadi tempat belajar sudah tak layak pakai lagi. Dindingnya berlubang, hingga ayam sering bersarang. Makanya sudah sebulan belakangan, anak-anak dipindah ke masjid agar lebih nyaman dan fokus saat belajar.
“Madrasah mau dipindah ke depan masjid. Mau dibongkar dan dibangun ulang. Kebetulan depan masjid itu kebun orangtua, jadi orangtua mengusulkan untuk dipindah saja karena madrasah yang sekarang tidak layak pakai lagi,” terang Dewita.
“Ini masih berusaha ngumpulin dana buat beli kayu untuk bangun madrasahnya. Juga untuk beli iqra’ dan buku tuntunan shalat yang udah banyak koyak,” tambah Dewita. Semoga Allah berikan kemudahan ■
0 Comments