Info > News

Koalisi Garap Pantai Tureloto

Apr 6, 2022 | News, Ulil Albab

Dilihat dari perairannya, Nias, khususnya di Kabupaten Nias Utara, memiliki potensi perikanan laut yang besar. Sayangnya, itu belum memberi dampak signifikan dalam mengangkat ekonomi masyarakat. Bahkan, menurut data pemerintah daerah, di tahun 2020 angka kemiskinan mencapai lebih 25%.

Produksi perikanan Nias Utara cukup besar. Namun, untuk penangkapan ikan, kebanyakan masih dilakukan secara tradisional. Bahkan masih banyak nelayan yang menangkap ikan di lokasi yang tidak begitu jauh dari bibir pantai. Seperti di terumbu karang atau perairan sekitar pulau-pulau kecil.

Akibatnya, bertahun-tahun sering terlihat nelayan luar melakukan penangkapan ikan di perairan Nias. Apalagi nelayan luar itu memang dibekali dengan alat tangkap yang lebih canggih.

Kabupaten Nias mempunyai 1 buah Tempat Pendaratan Ikan (TPI) yang telah di bangun oleh pemerintah, tepatnya di Kelurahan Pasar Lahewa. Adapun pendaratan ikan di desa-desa dilakukan di sepanjang pantai, seperti di Desa Mo’awo, Balefadorotuho dan Bawosalo’o.

Salah satu lokasi yang cukup potensial adalah di Desa Balefadorotuho, Nias Utara. Desa ini termasuk dalam Kecamatan Lahewa. Luasnya lebih kurang 6,52 KM, dan dihuni ± 1097 jiwa.

Jumlah nelayan di desa ini sekitar 90-an orang. Melaut umumnya menggunakan perahu yang tidak terlalu besar, dengan mesin tempel 5 PK. Alat tangkapnya juga tergolong masih sederhana.

“Karena susah, nelayan pakai alat seadanya. Hasil tangkapan pun jadi seadanya. Cuma bisa dekat-dekat dan di pinggir dekat karang. Harapan mereka, ada yang nyumbang kapal besar dan alatnya canggih. Biar bisa nangkap ke tengah laut, supaya hasilnya lebih banyak,” terang Farhan, da’i Ulil Albab di Nias Utara.

Selain potensi ikan, Balefadorotuho juga mempunyai objek wisata yang indah, Pantai Tureloto. Selain beningnya air, pemandangan sekeliling juga mengundang kagum.

Wisatawan kerap berfoto di batu karang, yang berserakan di bibir pantai. Uniknya, batu itu ada yang berbentuk otak manusia. Wisatawan menyebutnya batu otak.

Selain itu, Pantai Tureloto juga disebut “laut mati”. Seperti laut mati di Yordania, pantai ini juga memiliki kadar garam yang sangat tinggi. Bermanfaat untuk terapi.

Masyarakat pun memanfaatkan peluang potensi itu dengan membentuk kelompok pengelola wisata, bernama Konservasi Laut Indah Lestari (KOALISI). Kelompok ini mengkoordinasi dan memfasilitasi penyewaan alat-alat yang diperlukan wisatawan, seperti alat selam atau diving, serta aneka kuliner ■

0 Comments