Sudah bertahun-tahun, Muhani Maydini (41), mengajar di MDTA (Madrasah Diniyah Takwiliyah Awaliyah) Al Muttaqin. Madrasah ini terletak di Dusun Namo Tualang, Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang.

Jika tidak ada kenderaan pribadi, Namo Tualang agak sulit dijangkau. Sebenarnya fasilitas jalan sudah lumayan bagus, namun angkutan umum jarang lewat sana.

Tidak gampang mengajar anak-anak disitu. Mau saja mereka datang mengaji, sudah luar biasa. Tidak heran, Muhani dan suami sampai harus sering menjemput siswa-siswanya.

Kebetulan, suaminya sehari-hari membawa becak. Jadilah anak-anak itu dijemput dengan becak. Apalagi, banyak murid yang orangtuanya tidak memiliki kendaraan untuk mengantar.

Ditambah lagi, kebanyakan murid, jarak rumahnya ke madrasah lumayan jauh. Sering, anak-anak tidak masuk sekolah kalau tidak dijemput.

Sekali menjemput, becaknya rata-rata dapat mengangkut 6 hingga 10 siswa. Anak-anak pun disusun berdempetan. Memang, hal itu tidak setiap hari dilakukannya. Dalam sepekan, sekolah ini hanya memiliki jadwal tiga hari belajar.

Dibantu dua temannya, Muhani setia mengajar 46 siswa. Berbagai keterbatasan mereka rasakan. Mulai dari sarana mengajar, bahan atau buku ajar, serta fasilitas pembelajaran lainnya.

Gaji bulanan? Lebih sering tidak ada. Orang tua murid kadang mengganti kewajiban pembayaran SPP bulanan, dengan menyerahkan hasil kebun, seperti pisang, ubi, dan kelapa. Kondisi ekonomi wali murid juga memprihatinkan. Umumnya mereka adalah buruh kebun dan penggarap ladang. Kebanyakan, penghasilan mereka hanya cukup untuk makan sehari-hari.

Melihat kondisi itu, sejak lebih setahun yang lalu, dengan dukungan YBM PLN UIKSBU, Ulil Albab setiap bulannya membantu operasional gaji Muhani dan guru lainnya melalui program CAHAYA QURAN di PELOSOK. Tidak hanya kepada guru, sebanyak 25 murid MDTA Al Muttaqin, juga menerima beasiswa bulanan KIBAR BANGSA Ulil Albab.

Saat dihubungi akhir Januari 2021 lalu, Muhani mengadukan perihal becak mereka. “Becak sedang rusak, belum ada biaya untuk memperbaiki. Sekarang kami tidak lagi bisa jemput murid,” sampainya via telepon ■ Fitri Maharani Ritonga / Rizka Annisa

Editor : Danil Junaidy Daulay

0 Comments