Dusun ini berada di Desa Dolok Sanggul, Kecamatan Simangumban, Tapanuli Utara (Taput). Hopong terletak di celah Bukit Barisan, yang berjarak sekitar 14 kilometer dari pekan Simangumban.
Jarak kota Medan-Hopong lebih kurang 7 hingga 8 jam. Dapat dilalui lewat rute perjalanan Medan-Tarutung-Pahae Jae-Simangumban-Hopong.
Menjadi catatan sejarah Kabupaten Taput, bahwa Hopong merupakan dusun tertua di Taput. Sudah berusia 400-an tahun.
Menurut data, penduduk yang mendiami Hopong berjumlah sekitar 42 KK (keluarga), 40 KK diantaranya memeluk Islam. (www.kompasiana.com)
Akses jalan menuju dusun ini cukup menantang. Kondisi aspal rusak. Sebagian rabat beton (campuran semen >10%), serta batu padas. Kondisi semakin diperparah jika musim hujan tiba.
Penghasilan warga hanya bergantung pada hasil pertanian. Dusun ini juga jauh dari akses pendidikan dan kesehatan. Biasanya anak-anak yang mau melanjutkan pendidikan ke tingkat MTs dan Aliyah, harus pindah ke Desa Peanornor (berjarak sekitar 30 kilimeter) di Kecamatan Pahae Julu, sekaligus tinggal di rumah masyarakat di sekitar madrasah.
Qurban sesuatu yang sulit di Hopong. Mayoritas warga tidak mampu berqurban. Biasanya, mereka menerima daging qurban yang disisihkan dari Kecamatan Pahae Julu.
Sementara di Pahae Julu, pemotongan qurban biasa melakukan di Masjid Raya Peanornor yang selanjutnya didistribusikan ke ummat Islam di 7 desa, yakni Simasom Dolok, Simasom Toruan, Pantis, Onan Hassang, Simataniari, Silakkitang dan Simangonding.
Jumlah penduduk muslim se-Kecamatan Pahae Julu adalah sebanyak 160 KK, atau setara 5% dari total keseluruhan jumlah KK yang ada di kecamatan tersebut.
Dengan segala keterbatasan itu, Hopong direncanakan akan menjadi salah satu lokasi distribusi Program Tebar Qurban (PTQ) Ulil Albab 1445/2024 ■
0 Comments