Info > News

Sarjono, 10 tahun Supiri Relawan Ulil Albab

Aug 16, 2023 | News, Ulil Albab

Perjalanan jauh tidak bisa lepas dari kehadiran supir. Selain menyangkut keselamatan, kehadiran driver yang bersahabat alias “satu frekuensi” bisa menyulap atmosfir perjalanan jadi lebih menyenangkan.

Seringnya, profesi di belakang setir ini kerap disandingkan dengan serangkaian stigma yang melekat pada pekerja jalanan. Semisal merokok, tidak shalat, dan hal negatif lainnya.

Perilaku itu, sedikit banyak akan mempengaruhi mood traveling penumpang yang dibawa.

Sebaliknya, jika supir dekat dengan agama, apalagi ‘nyambung’ dengan pembicaraan para penumpang yang sedang dalam perjalanan dakwah, tentu pula ceritanya akan berbeda.

Itulah yang ditunjukkan Sarjono (53), supir langganan relawan Ulil Albab. Ayah empat orang anak ini telah lebih 10 tahun mensupiri relawan Ulil Albab ke berbagai daerah di pelosok Sumatera Utara.

Pada banyak kesempatan, relawan memercayakan Sarjono beserta mobil L 300 miliknya sebagai tumpangan transportasi.

Ada sejumlah alasan kenapa Sarjono menjadi pilihan. Pria yang selalu tampil bergamis tersebut, selalu mampu membawa atmosfer dakwah bagi seluruh penghuni kabin minibusnya. Menyampaikan dakwah pada setiap kesempatan adalah aktifitas harian Sarjono.

“Obrolan ringan ala Pak Sarjono selalu menyelipkan pesan dakwah dan nasihat-nasihat agama,” ungkap Akbar, salah satu relawan yang kerap mengajaknya mengobrol untuk pengusir kantuk.

Selain tidak merokok, hal yang membuat penumpang nyaman adalah kebiasaannya shalat tepat waktu. “Kalau tidak uzur seperti sakit parah misalnya, saya usahakan sebelum azan sudah di masjid,” paparnya.

Selain komunikasinya yang bagus dengan orang-orang, pria yang suka bersiwak ini juga ahli dalam pijat refleksi. Tak jarang, setelah melewati aktifitas yang melelahkan, relawan juga menikmati pijat refleksi darinya.

Pada banyak kesempatan membersamai relawan, Sarjono kerap menceritakan perjalanannya berhijrah. Pria yang pernah menjadi supir truk air mineral itu, memulai masa hijrahnya di awal-awal masa menikah. “Dulu saya tidak shalat. Sering lakukan kemaksiatan sebagaimana umumnya supirlah,” akunya.

Bermula ketika sebuah jamaah dakwah mengajak Sarjono shalat ke masjid. “Awalnya saya sempat menolak dengan keras dan kasar,” kenangnya. Namun, jamaah itu tidak menyerah, dan malah semakin lembut. Pada kesempatan lainnya mereka datang membawa sembako ke rumah Sarjono.

“Ini yang membuat hati saya tersentuh. Padahal selama ini kata-kata saya bisa jadi melukai hati mereka. Akhirnya saya sediakan waktu untuk mengobrol. Dari situ hati saya terbuka dan mau ikut berjamaah di masjid. Sejak saat itu saya memutuskan hijrah dan istri saya mendukung,” paparnya sambil mengendalikan setir.

Sarjono juga menyebutkan bahwa ia tidak hanya belajar pada satu jamaah itu saja, tapi juga kepada yang lain. Ia juga mendorong anak-anaknya untuk masuk pondok pesantren. Hingga kini, anak-anaknya telah lulus dan jadi pengajar di beberapa lembaga pendidikan Islam.

“Kami kerap kali tertampar mendengar kisah hijrah Pak Sarjono. Cerita yang diselingi pesan dakwah itu menjadikan kita menghargai hidayah yang Allah anugerahkan,” tutur Husna salah satu relawan[] Linda

0 Comments