Info > News

Paksa Diri Menjadi Dermawan

Nov 26, 2018 | Sharing | 0 comments

“Sungguh kelak akan menimpa kepada manusia suatu zaman, dimana di zaman itu seorang laki-laki berkeliling membawa zakat berupa emas, tapi ia tidak menemukan seorangpun yang mau menerima zakatnya.” (HR. Bukhari Muslim)

Hadist itu menerangkan tentang salah satu di antara tanda akhir zaman. Saat masa itu tiba, manusia semuanya akan kaya. Harta kaum muslimin yang sudah jatuh syarat zakatnya, tidak akan menemukan asnaf yang berhak menerimanya. Tidak ada lagi yang mencari dan butuh bantuan. Tidak ada lagi golongan fakir miskin dan sejenisnya.

Tidak diterangkan, saat zaman itu berlangsung, seberapa kaya dan mewah masyarakat yang hidup. Cuma, bila merujuk pada hadist di atas, zaman itu pasti akan terjadi. Manusia tidak akan ada yang mampu mencegahnya.

Sekarang tinggal bagaimana kita memaknai serta menyikapi hadist tersebut. Bagi yang sudah terbiasa memberi atau berbagi, baik berbentuk zakat, infak, sedekah, ataupun wakaf, tentu akan meneruskan kebiasaan positif itu. Bahkan bisa jadi, dalam momen-momen tertentu, akan menambah jumlah donasi atau sumbangannya.

Nah, bagi yang belum terbiasa, atau malah pelit dalam berbagi, tentu pesan Rasulullah di atas patut untuk dicermati. Jangan sampai, kesadaran itu baru muncul saat orang-orang di sekeliling kita sudah tidak lagi memerlukannya. Na’uzubillah.

Mulailah untuk berubah. Paksa diri menjadi dermawan. Mungkin di awal sangat berat. Karena memang salah satu sifat dasar manusia itu, adalah kecintaan yang begitu luar biasa pada harta.

Dan itu bersesuaian dengan sabda Rasul, “Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekali tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati), dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semangat memperbaiki diri harus terus dipupuk. Memang tidak mudah, apalagi di era materialisme begitu diagungkan. Terhormat dan mulianya seseorang diukur dari seberapa banyak materi yang dimiliki.

Padahal, Islam tidak menjadikan itu ukurannya. Seberapa bermanfaat seseorang bagi manusia lain, baik melalui sumbangsih, pikiran, tenaga, atau hartanya, itulah salah satu ukuran manusia terbaik.

Lebih tegas lagi, di dalam Al Quran begitu banyak ayat yang menggandengkan atau mengiringkan perintah zakat dan shalat. Sedikitnya ada 24 ayat yang menyebutkan itu. Menunjukkan, selain pentingnya shalat, semangat memberi dan berbagi, salah satunya melalui zakat, juga penting.

Oh ya, selain mendatangkan manfaat pahala bagi si pemberi, berbagi juga ternyata mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan hati. Gak percaya. Monggo dicoba. Wallaahu ‘alam

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *