Sistem perkuliahan saat ini cenderung menjauhkan mahasiswa dari denyut dan realita kehidupan masyarakat. Tuntutan cepat menyelesaikan studi, memiliki IPK tinggi, serta persaingan memperebutkan kursi kerja guna mengejar kemapanan hidup, menjadi target yang memenuhi benak banyak mahasiswa.

Memang tidak ada yang salah dengan semua itu. Yang menjadi masalah adalah ketika keadaan tersebut membuat para mahasiswa berada pada kondisi yang diistilahkan dengan “hidup seperti di menara gading”. Tidak menjejak bumi alias tidak peduli dengan realita yang terjadi di luar dunia kampus. Padahal, jelas itu pola pikir yang keliru.

Pembinaan peserta program beasiswa Ulil Albab dirancang sebagai antitesa terhadap kondisi itu. Puluhan mahasiswa/i yang saat ini menjadi penerima beasiswa dididik untuk mengkombinasikan kemampuan meraih prestasi tinggi di kampus sekaligus memiliki kepedulian terhadap persoalan ummat, khususnya dalam bidang sosial dan da’wah.

Nur Habibah Matondang, saat ini mahasisiwi semester akhir Pendidikan Bahasa Inggris UIN SU, adalah salah satu peserta program beasiswa Ulil Albab. Wanita periang ini menjadi bukti bahwa keterlibatannya dalam aktifitas sosial dan da’wah melalui Sahabat Pendidikan Ulil Albab tidak membuat urusan akademik menjadi tertinggal. Tidak tanggung-tanggung, semester lalu Bibah meraih IP 4.00 !

“Beroleh prestasi akademis tinggi tak berarti harus mengenyampingkan aktifitas lain,” ujarnya suatu waktu. Saat ini, wanita yang lancar berbahasa Inggris ini dipercaya mengelola aktifitas administrasi keuangan di JaLa (jaringan Layanan) pendidikan Ulil Albab itu. Selain itu, kemahirannya dalam bahasa Inggris membuatnya dipercaya sebagai instruktur TOEFL di Sahabat Pendidikan.

Ada lagi sosok lain. Namanya Nur Jannah Yusuf. Mahasiswi jurusan Biologi UMA ini termasuk peserta program beasiswa Ulil Albab. Sama seperti Bibah, gadis berpembawaan tenang ini juga memiliki prestasi akademik yang moncer. Nilai IP 4.00, sudah menjadi langganan baginya.

Jannah aktif di berbagai program sosial dan da’wah. Bahkan latar belakangnya sebagai lulusan satu pondok pesantren di Langkat membuatnya sering dipercaya mengisi kajian ke-Islaman yang dilaksanakan Ulil Albab bagi ibu-ibu di berbagai daerah minoritas muslim di pelosok Sumut.

Hal lain, kemampuannya beradaptasi dalam kerja tim membuatnya dipercaya terlibat dalam tim yang menggawangi persiapan Program Tebar Qurban (PTQ) 1436 H Ulil Albab. Saat ini, wanita yang bercita-cita melanjutkan studi ke Jerman itu, bersama timnya sedang giat mengkampanyekan program Tabungan Qurban (Tan-Q) yang memberi kemudahan bagi calon pequrban untuk menyicil biaya qurban setiap bulan.

Di program beasiswa Ulil Albab insya Allah banyak lagi sosok lain seperti mereka. Tetap memiliki nilai akademik tinggi namun peduli pada persoalan ummat. Dan yang perlu digaris bawahi, mereka tidak hanya berkuliah di jurusan ke-Islaman, namun banyak mereka yang berasal dari fakultas atau jurusan yang “dianggap sekuler”, seperti kedokteran, teknik mesin, ekonomi, dan pertanian.

Kiprah sosok 2 mahasiswi berprestasi di atas harusnya dapat membukakan mata para intelektual muda kampus untuk tidak hanya peduli pada sisi akademik semata. Ummat juga memerlukan peran warga kampus untuk memperbaiki kehidupan mereka.

Semakin banyak kalangan kampus yang terlibat, insya Allah perbaikan kualitas ummat akan akan lebih cepat terwujud